Terlebihpesantren tersebut akan dipimpin oleh Habib Al-Ali bin Hasan Bilfaqih, keturunan ke-6 dari Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad SAW. "Ini merupakan berkah bagi kita, terutama masyarakat di Babel karena berdirinya pesantren ini, karena para habib dari Yaman yang akan menurunkan ilmunya IjazahAmalan Dibaca saat Malam Haroi Raya Idul Adha dari Habib Abdullah bin Abdul Qadir bil Faqih Malang. Ijazah Amalan Dibaca saat Malam Hari Raya Idul Adha dari Habib Abdullah Bilfaqih, Buktikan Kedahsyatannya. Ahmad Lailatus Sibyan Menjadi Orang yang Biasa-Biasa Saja Itu Unik daripada Menjadi Keturunan Nabi atau Anak Kiai Kata Gus Sekiranyaada juga ia dilakukan oleh orang Arab keturunan Nabi Muhammad s.a.w. seperti yang pernah dilakukan Saiyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-Alawi, Mufti Betawi. Saiyid Alwi al-Haddad ialah seorang ulama yang berpendirian Secarapanjang lebar, Habib Abu Bakar al-Adni menarasikan karakteristik Madrasah Abawiyah tersebut. Secara ringkas karakteristik itu adalah sebagai berikut: pertama, sambungnya transmisi sanad keilmuan (al-Isnad wa al-Asanid). Habib Abu Bakar al-Adni dalam hal ini menekankan pentingnya sanad dalam pendidikan, terutama dalam hal-hal ilmu syariat. KemudianHabib Abdullah berkata, “Jangan memanggil saya kalau tidak ada keperluan!”. Setelah kejadian itu, Residen meletakkan jabatannya dan tidak keluar rumah sampai akhir hayatnya. Habib Abdullah bin Ali Al Haddad selain ahli sufi dan da’wah, juga sangat berbakat dalam bidang sya’ir arab. Baca Juga: Rabithah Alawiyah Pastikan Habib Rizieq Keturunan Nabi Muhammad ke-39) Pengurus Ponpes Darul Ilmi Wadda'wah (DILWA) Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Haddad menyampaikan pengalamannya tentang siapa sosok HRS. Habib Sholeh Alaydrus adalah seorang menantu dari Habib Abdullah bin Abdullah Qadir Bilfaqih (Darul Hadis Malang). Habib f0ZRuvW. TIMESINDONESIA, MALANG – Haul Akbar Maha guru Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy akan digelar di Kota Malang, 10-11 Maret 2018. Ribuan jemaah dari berbagai daerah, sudah mulai berdatangan ke Kota Malang sejak Jumat 9/3/2018. Di pemakaman Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, di Kasin, Kota Malang sudah dipenuhi para jemaah dan para santrinya dari berbagai daerah di Haul tahun ini 2018, seperti biasa akan digelar di depan Ponpes Darul Hadits Al Faqihiyyah Alussunnah Wal Jamaah, di Jalan Aris Munandar, Kota Malang. Hari pertama, Sabtu 10/3/2018, akan digelar ziarah bersama ke makam Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, dilanjut dengan Khotmil Quran dan Pembacaan Mutiara-Mutiara Al Imamain di depan Pondok setempat. Di hari kedua, Minggu 11/3/2018, pembacaan Maulid Nabi dan dilanjut dengan ceramah agama oleh tiga penceramah, yakni, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf dari Pasuruan, Habib Hadi Bin Alwy Alkaf dari Malang, KH Muhyiddin Abdul Qodir dari Sumedang dan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto. Setiap tahunnya, saat Haul Imamain’ puluhan ribu jemaah dri berbagai daerah, bahkan ada dari Malaysia dan Singapura, memadati lokasi Haul. Lalu seperti apa sosok Habib Abdul Qodir Bilfaqih? Dari buku Biografi yang dikeluarkan Ponpes Darul Hadits, Habib Abdul Qodir Bilfaqih disebut Maha guru Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy Ia dilahirkan disebuah kota yang terkenal dengan julukan “Kota Ilmu dan Kota Auliya” yakni Tariem Hadromaut Yaman Selatan. Beliau pada hari Selasa tanggal 15 Shafar 1316 H. Bersamaan dengan malam kelahiran Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy ada seorang ulama yang besar yang bernama Al-Habibul Imam Syaikhon Bin Hasyim As-Seggaf bermimpi bertemu Sulthoniil Auliya’ Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani menitipkan Kitab Suci Al-Qur’anul Karim kepada Imam Syaikhon Bin Hasyim agar diberikan kepada Habibul imam Akhmad bin Muhammad Bilfaqih yang merupakan ayahhanda Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy Setelah diceritakan perihal mimpi tersebut Al-Habibul Imam Akhmad Bin Muhammad berkata “Alhamdulillah tadi malam aku dianugrahi oleh Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyaroh ta’wil mimpimu bertemu dengan Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani yang menitipkan Al-Qur’anul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh karen itu, putraku ini akan kuberi nama Abdul Qodir dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqom dan wilayahnya sebagai mana Asy-Syekh Abdul Qodir Jaelani Masa Pendidikan Habib Abdul Qodir Bilfaqih Pendidikan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih diawali dari kota kelahirannya yaitu kota Tariem Hadromaut. Pendidikannya dimulai dari Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Aliyah, sampai kuliah tinggi dari ulama-ulama besar dari berbagai fakultas ilmu agama. Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam memperdalam ilmu-ilmu tersebut bukan hanya di sekitar kota Tariem saja, melainkan sampai kota-kota lain seperti kota Sewun Hadramaut, Mekkahtul Mukarromah, Madinah, Munawaroh, Kairo Mesir, Afrika Barat, dan sebagainya. Selama menuntut ilmu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dikenal sebagai murid yang cerdas dan tangkas dalam pelajaran. Juga dikenal sebagai seorang murid teladan yang penuh yang penuh kesungguhan, ketekunan, dan keuletan dalam belajar. Disamping itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, dikenal sebagai seorang murid yang amat mengagungkan mahaguru-mahagurunya dan menaruh rasa hormat kepada mereka meskipun Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih terkenal sebagai pakar dalam berbagai banyak bidang ilmu agama. Bukti kegigihan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menambah ilmunya, sering mendatangi mahaguru-mahaguru dalam rangka menambah hasanah ilmu pengetahuannya. Sehingga salah seorang maha gurunya pernah berkata “Bangsa Bilfaqih dalam bidang fiqihnya bagaikan Imam Adzroi dan dalam bidang Tasawuf serta adabnya laksana lautan tak bertepi.” Pernah pula salah seorang maha guru Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yang bernama Al-Habib Al-Imam Akhmad bin Hasan Al-Aththos di depan rumahnya berkata “Aku mencium aroma ilmu yang harum nan murni dari rumah ini”. Perjuangan Habib Abdul Qodir Bilfaqih Pada tahun 1331 H/1921 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih lulus mendapat ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain bidang hukum, dakwah, pendidikan, dan sosial. Dengan sabar dan penuh keikhlasan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih memberi fatwa-fatwa agama. Ditengah kobaran semangat dan kegigihannya dalam berda’wah dan berjuang, beliau mendapat tugas yang suci dari Baginda Rasulullah SAW melalui dengan isyarah agar terus melanjutkan kegiatan dakwah, tidak hanya di dalam kota Tariem melainkan harus meninggalkan kota Tariem kota kelahiran Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih. Perjalanan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih tentu bukan perjalanan yang tanpa makna melainkan perjalanan mulia dan suci demi menyiarkan agama dakwah Islamiyah. Kapan dan dimana saja Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih berada selalu berdakwah. Sehingga disetiap tempat yang Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih singgahi, selalu meninngalkan kesan mulia. Bahkan tidak sedikit pula kemudian hari muncul kader-kader agama yang tangguh berkat didikan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih. Hal diatas sebagai wujud nyata kecintaan dan kepatuhan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, baik terhadap baginda rasul maupun kepada mahagurunya meski harus meninggalkan sanak famili dan kampung halaman tercinta. Sabelum meninggalkan kota Tariem, beliau sempat pula mendirikan “Jam’iyah Al-Ukhuwwah Wal Mua’awwanah dan Jam’iyah An-Nashr Wal Fadholi”. Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih juga menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Makam Suci Baginda Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih melanjutkan perjalanan menuju Aden dan selanjutnya berturut-turut menuju Pakistan, India, Malaysia, Singapore, dan terakhir menuju Indonesia. Dalam menuju negara-negara tersebut diatas beliau selalu membina umat, baik secara umum maupun secara khusus dalam lembaga-lembaga pendidikan dan majelis ta’lim. Disinilah terlihat kecintaan dan kepatuhan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih baik terhadap Baginda Nabi Besar Muhammad SAW maupun terhadap maha gurunya meski harus meninggalkan kota yang Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih cintai karena melaksanakan dan mengemban tugas yang suci. Setiba di Indonesia, tepatnya kota Surabaya, pada tahun 1338 H/1919 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih langsung diangkat sebagai Direktur Madrasah Al-Khoiriyah. Pada tahun 1358 H/1938 M di kota Solo Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah Ar-Robithoh. Tetapi sebelum mendirikan Madrasah tersebut pada tahun 1351 H/1931 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, sekaligus berziarah ke Makam Suci Baginda Rasulullah SAW. Pada Kesempatan itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih mempergunakan waktunya untuk saling memanfaatkan ilmu dengan para tokoh ulama disekitar kota Mekkah dan Madinah. Begitu tinggi dan besar tekad Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menyebarkan ajaran Allah SWT. Dan Baginda Rasulullah SAW, dengan tidak henti-hentinya berdakwah dan mengajarkan ilmu agama, seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam memperlancar dakwah Islamiyah dan pengajaran ilmu agama, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, pada tanggal 12 Februari 1945 enam bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI mendirikan “Lembaga Pesantren Darul Hadist Al-Faqihiyah” dan “Peguruan Tinggi Atas” di Malang, Jawa Timur, yang terus berkembang sampai sekarang. Hal ini membuktikan betapa tinggi dedikasi Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menyiarkan ajaran Allah SWT dan Rasulnya serta sebagai wujud nyata peran aktif dalam memajukan dan mencerdaskan bangsa Indonesia pada umumnya, umat islam pada khususnya. Dengan demikian nyata kiranya, bahwa Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih juga ikut andil dalam mengusir penjajah, baik Belanda maupun Jepang. Ketinggian ilmu dan kepakaran beliau dalam bidang agama tidak dapat diasingkan lagi. Semua kalangan, baik masyarakat umum maupun pejabat mengetahui hal itu. Maka pada tahun 1330 H/1960 M Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Malang mengangkat Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih sebagai dosen matakuliah tafsir. Pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1331 H/1961 M, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih diangkat sebagai Advisur Menteri penghubungan Alim Ulama Indonesia. Dari jerih payah yang penuh tanggung jawab dan keikhlasan dalam mendidik dan mengasuh santri-santri, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih telah berhasil banyak mendirikan Pesantren dan Majlis-majlis Ilmu di banyak daerah di Indonesia. Murid-murid Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih menyebar di banyak daerah di Indonesia. Seperti, Ustadz Ahmad Al-Habsy, pengasuh pesantren Ar-Riyadh di Palembang, Sumatra Selatan. Ustadz Al-Habib Muhammad Ba’addud alm, pengasuh pesantren Darul Nasyi’in Lawang, Malang, Jawa Timur, Al-Habib Syekh Bin Ali Al-Jufri, Pimpinan Yayasan Al-Khoirot Jakarta Timur, KH Alawy Muhammad, pengasuh pesantren At-Thoroqi Sampang, Madura, dan banyak tokoh lainnya. Alhasil berkat didikan dan gemblengan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, murid-muridnya menjadi pelopor umat dalam meneruskan pejuangan suci menegakkan agama Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW. Keteladanan Habib Abdul Qodir Bilfaqih Telah digariskan dalam syariat agama, bahwa tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu apabila tidak memulyakan ahli ini benar-benar disemayamkan dalam lubuk hati Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih. Pernah pada suatu ketika disaat menuntut ilmu pada salah seorang maha gurunya, beliau ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dipihak yang benar. Setelah gurunya memahami dan mengetahui kalau muridnya benar, maka gurunya meminta maaf. Namun Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih berkata “Meskipun saya benar andaikan paduka memukul mukaku dengan sepasang sandal paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikitpun”. Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seharusnya seorang murid bersopan santun kepada gurunya. Contoh keteladanan budi pekerti yang patut kita ambil intisari dan hikmahnya sebagai pelajaran untuk diikuti. Sebab inilah yang terpenting di dalam menelaah manaqib orang-orang besar seperti Yang Mulia Maha Guru Samahatil Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy Kenyataan di atas sejalan dengan kata mutiara Sayyidunal Imam Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wajhah Wa’alaihis Salam Warodiallohu anhu “Aku adalah budak sahaya dari seorang yang pernah mengajarku meski hanya satu huruf “. Keistimewaan Habib Abdul Qodir Bilfaqih Keistimewaan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih sungguh tak dapat dihitung banyaknya dan sangatlah panjang untuk diuraikan. Namun demikian, skelumit diuraikan sebagian dari keistimewaan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yakni sebagi berikut Pertama, Ketekunan dan keuletan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam menuntut ilmu agam tanpa mengenal lelah tempat dan waktu. Sungguh sulit dicari tandingannya. Cinta Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih terhadap ilmu teramat dalam dan telah menyatu dalam lubuk hatinya. Kedua, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih bukan hanya ahli dan menguasai ilmu syariat saja, melainkan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih ahli dan menguasai bidang thariqah. Begitu pula dengan bidang haqiqat dan ma’rifat, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih ahli dalam menguasainya, sehingga Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih terkenal dengan sebutan “Syaikhusy Syariah Wat Thoriqoh Wal Haqiqat”. Ketiga, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, ahli dalam ilmu Alat, Nahwu, Shorof, Ma’ani, Bayan, Badi, Mantiq, dan sebangsanya, serta ahli dalam ilmu kalam. Dalam bidang hadist Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih benar-benar menguasainya, baik dalm hal riwayat maupun dalam diroyah. Beliau Hafal Jutaan Hadist Nabi Besar Muhammad SAW. Disamping itu, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, banyak mendapatkan Al-Hadist Al-Musassal, yakni hadits riwayat langsung dari Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih, hingga tersambung isnadnya kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Misalnya, saat Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih berkunjung ke beberapa ulama di Saudi Arabia bersamaan dengan ibadah haji kedua, Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih saling bertukar isnad dengan Al-Allamah As-Sayyid Alwy bin Abbas Al-Maliky Penguasaan Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih dalam bidang hadits dan ilmu hadist diwariskan langsung dan khusus kepada putra tunggal Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yaitu maha guru Al-Ustadzil Imam Al-Hafidz Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Alawy Demikianlah ringkasan biografi maha guru Al-Ustadzul Imam Al-habr Al-Qutub Al-Washil Al Mushil Al-Qutbul kabir An-Nihrir Hamilus Sunnah Wa Qomiul Bid’ah Syaikhis-Syariah Wat-Thoriqoh Wal Haqiqoh Al-Mursyidul Kamil Sayyiduna Wamaulana Al-Habib Abdul Qodir bin Al-Habibul Imam Al-Allamah Ahmad Bin Muhammad Bilfaqih Al-Alawy al-Husainy Sang penerus keluhuran pelita agama dan penerus Sayyidul Anbiya’ Wal Mursalin Muhammad SAW. Perjalanan hidup Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih adalah perjalanan suci. Saat berpulang bagi seluruh makhluq adalah telah menjadi ketetapannya. Saat berpindah dari alam ini sudah digariskan tanpa ada sesuatu apapun yang dapat merubah dan menunda. Itulah kebesaran dan kekuasaannya yang Azaly. Pada tanggal 21 bulan Jumadil Akhir Tahun 1382 H atau Tanggal 19 November 1962 M menghadaplah ruh suci Al-Ustadzul Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Bilfaqih Al Alawy keharibaan Rabbul Alamin dalam usia 62 tahun. Bagi Al-Ustadzul Imam Al-Habr bertemu Allah SWT adalah dambaan besar dari lubuk hati yang penuh bejan cinta dan rindu akan Allah SWT dan Rasulnya SAW. Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih kala itu pada saat-saat terakhir sempat berkata kepada putra tunggalnya. “……Lihatlah wahai anakku, ini kakekmu Muhammad SAW datang, dan ini Ibumu Sayyidatuna Fatimah datang …..” Ribuan umat berdatangan guna menyampaikan rasa duka cita dan penghormatan terakhir yang sedalam-dalamnya kepangkuan maha guru dan Bapak Umat. Jenazah suci terlebih dahulu disemayankan di Masjid Jami’ Malang untuk memberi kesempatan kepada hadirin untuk shalat jenazah. selanjutnya di makamkan di Pemakaman Kasin Kota Malang, Jawa Timur. *** Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadits dan Sunnah, baik secara struktural maupun fungsional disepakati oleh mayoritas kaum Muslimin dari seluruh madzhab Islam sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Quran[1], karena dengan adanya hadits dan sunnah itulah ajaran islam menjadi lebih jelas, rinci dan spesifik. Meskipun begitu, dalam perjalanannya, hadits kurang berkembang pada abad pertama hijriah dan baru mulai berkembang pada sekitar abad ke 2, yaitu ketika dilakukannya tadwin atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sejak saat itu, hadits terus berkembang dan mulai dikaji diberbagai Negara islam dan berkembang dengan pesat. Meski sudah berkembang sekitar abad ke 2, upaya penelusuran sejarah perkembangan kajian hadits di Indonesia belum dilakukan secara sistematis. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor. Pertama, suatu kenyataan bahwa kajian hadits di Indonesia tidak seintens kajian ke-Islaman yang lain, seperti al-Quran, Fiqih, akhlak dan sebgainya. Kedua, kajian hadits berkembang sanga lambat, terutama jika dilihat dari kenyataan bahwa ulama Nusantara baru menulis kajian di bidang Hadits pada abad ke 17. Sayangnya, tulisan tersebut tidak dikembangkan lebih jauh dan mengalami kemandegan hampir satu setengah abad lamanya[2]. Kajian hadits di Indonesia kembali mendapatkan perhatian pada paruh terakhir abad ke-19 dengan dimasukkannya kajian hadits dalam kurikulum pesantren dan madrasah[3]. Salah satu contoh adalah Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyyah, Malang. Pondok Pesantren tersebut didirikan oleh al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih. Beliau sebagai pendiri Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyyah Li Ahlussunnah wal jama’ah, dan merupakan ayah dari seorang tokoh hadis yang sangat populer di Indonesia pada zamanya, yaitu Abdullah Bilfaqih. Habib Abdulah bin Abdul Qadir merupakan tokoh ulama yang tegas dalam memegang prinsip-prinsip ajaran Islam, yang berazaskan al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad saw, serta ajaran yang telah digariskan oleh para leluhurnya. Latar belakang pendidikannya sangat luas sehingga bisa menjadikan beliau sebagai seorang ahli Hadits yang yang masyhur pada zamannya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis akan mencoba melakukan pembahasan mengenai pemikiran Abdullah Bilfaqih mengenai kajian hadits. B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang diatas, disini penulis akan memberikan batasan pembahasan berupa rumusan masalah agar pembahasan tidak melebar, yaitu 1. Bagaimana Biografi Habib Abdullah Bilfaqih? 2. Bagaimana Pemikiran Habib Abdullah Bilfaqih terhadap Hadits? 3. Adakah karya-karya Habib Abdullah Bilfaqih dalam bidang Hadits? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hadits di Indonesia. Selain itu, makalah ini juga ditulis untuk menjawab rumusan masalah diatas. BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Abdullah Bilfaqih Habib Abdullah lahir di Surabaya pada tanggal 12 Rabiul Awal 1355 H yang bertepatan dengan 1 Juni 1936 M, beliau merupakan putera dari Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih, seorang ulama yang menguasai Ilmu Hadits dan banyak menjadi rujukan pada zamannya. Ibunya bernama asy-Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Agil. Habib Abdullah mempunyai jalur keturunan langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Lebih lengkapnya, berikut adalah jalur keturunan dari Habib Abdullah bin Bilfaqih al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Faqih bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra binti Rasulullah saw[4] Sebelum dikaruniadi putera, Habib Abdul Qadir berangkat ke tanah Haram untuk melakukan ibadah Haji dan berziarah ke Makam Rasulullah, disana Habib Abdul Qadir berdoa kepada Allah swt. di depan makam Rasulullah agar dikaruniai putera yang alim dan mengamalkan ilmunya serta menjadi seorang ahli hadits. Selang beberaa lama doa beliau dikabulkan oleh Allah dan Habib Abdul Qadir dikaruniai seorang putera dan diberi nama Adbullah. Sejak kecil Habib Abdullah berada dibawah asuhan dan bimbingan ayahnya. Antara keduanya terdapat keseimbangan, yaitu ketekunan sang guru Ayahnya, yaitu al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dalam mengajar dan kegigihan sang murid al-Habib Abdullah dalam mengikuti petunjuk dari sang guru serta dalam menuntut ilmu. Selain kepada ayahnya Habib Abdullah juga belajar kepada al-Habib Ali bin Husein al-Attas di Jakarta, yang dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur, seorang alim dan sebagai tokoh ulama yang dijadikan rujukan para ulama dizamannya. Habib Abdullah merupakan seorang yang ulet dan tekun dalam belajar, sehingga pada saat itu tidak ada yang bisa disamakan dengan beliau dalam hal belajar. al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih pernah mengatakan “Aku telah mewariskan kepada puteraku ini empat puluh satu cabang ilmu agama.” Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada usia 7 tahun, al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih sudah mampu menghafal al-Qur’an dan pada usia sekitar 20 tahun ia telah mampu menghafal Kitab Hadis Bukhari dan Muslim lengkap dengan matan serta sanadnya yang bersambung hingga Rasulullah saw. Habib Abdullah menempuh pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah di Lembaga Pendidikan at-Taraqqi yang berada di Kota Malang. Setelah lulus, kemudian Habib Abdullah melanjutkan pendidikan Madrasah Aliyah di Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyyah di bawah asuhan ayahnya sendiri. Teman-teman sebayanya mengenal al-Habib Abdullah sebagai kutu buku. Dengan tekun ia menelaah berbagai kitab. Gara-gara terlalu kuat dalam belajar, ia pernah jatuh sakit. Meskipun begitu, hal itu tidak membuatnya berhenti belajar, walaupun dalam keadaan seperti itu ia tetap saja belajar dan belajar Habib Abdullah bin Abdul Qadir meninggal dunia pada tanggal 23 Jumadil Ula 1412 H bertepatan dengan 30 November 1992 karena sakit. Banyak sekali orang yang datang dalam pemakaman Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih untuk memberi penghormatan kepada beliau. B. Sikap dan Pemikiran Abdullah Bilfaqih Terhadap Hadits Sikap dan pemikiran Habib Abdullah Blfaqih bisa dilihat dalam metode dakwahnya yang selalu disampaikan kepada masyarakat Indonesia. Beliau selalu berharap agar setiap orang dapat selalu mengerjakan amal yang baik dan meninggalan yang munkar. Hadits yang dapat menguatkan apa yang telah disampaikannya selalu dijadikan rujukan utama setelah al-Qur’an. Kecerdasan Habib Abdullah Bilfaqih dalam berdakwah menyebarkan hadis berawal dari didikan yang baik sejak kecil. Adapun diantara kitab-kitab hadis yang dipelajarinya adalah, Kitab Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Tirmidzi, Musnad al-Imam asy-Syafi’i, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hambal, Muwatha’ karya al-Imam Malik, an-Nawadirul Ushul karya al-Imam Hakim at-Tirmidzi, al-Mu’jam ats-Tsalats karya Abul Qasim ath-Thabrani. Tidak hanya sekedar menghafal hadits, al-Habib Abdullah juga memperdalam ilmu musthalah hadits, yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal hadits berikut para perawinya. Juga ilmu rijalul hadits, yaitu ilmu tentang para perawi hadits. Beliau juga menguasai Ilmu jarh wa ta’dil dengan mempelajari Kitab at-Taqrib at-Tahzib karya al-Imam Ibnu Hajar al-Asqallani, al-Mizan at-Ta’dil karya al-Hafidz adz-Dzahabi. Dalam berdakwah Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih mengajak kepada para umatnya agar menanamkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah swt dan Rasul-Nya serta selalu menerapkan ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah saw. Selain dikenal sebagai ulama yang ahli dalam ilmu hadis, al-Habib Abdullah juga mumpuni dalam berbagai disiplin keilmuan lainnya, terutama dalam ilmu tasawuf dan fikih. Semua itu ia pelajari langsung dari ayahandanya. Dalam ilmu fikih ia mempelajari kitab fikih empat madzhab, Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali termasuk kitab-kitab fikih lainnya, diantaranya adalah Fatawa al-Imam Ibn Hajar, Fatawa al-Imam Ramli dan al-Muhadzab al-Imam an-Nawawi. C. Karya-Karya Habib Abullah Bilfaqih Semasa hidupnya, Habib Abdullah Bilfaqih banyak menulis, baik buku, artikel dan karya tulis lainnya, diantara karya-karya Habib Abdullah Bilfaqih yaitu 1. Siapakah Ahlussunnah wal jama’ah? 2. Mengapa umat Islam menerima Pancasila? 3. Islam dan Tanda-tandanya, Iman serta bagian-bagiannya. 4. Majmu’atul Fatawa Wal Buhuhts al-Islamiyyah. 5. Irghamul Balid Fi Akhkamil Ijtihad Wataqlid. 6. al-Qaulurrasyiin Fi Adillatittalqin. 7. al-Mulhah. 8. Tanwirul Ghayahib. 9. Fatwa Maulid. 10. Serangkum Khutbah. Dari banyak karya tulis tersebut, secara spesifik belum ada karya yang benar benar membahas hadits secara lengkap. [1] Dr. Abdurrahman, MA, Studi Kitab Hadits, Yogyakarta Teras, 2009, hal XII. [2] Muh. Tasrif, Kajian Hadis di Indonesia, Ponorogo STAIN Ponorogo Press, 2007, cet. I, hlm. 17 [4] Majelis Tawassul, Prof. DR. al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, dalam diakses pada hari Minggu, 9 Maret 2013 pukul Daftar Isi Profil Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Kelahiran Wafat Pendidikan Menjadi Pengasuh Pesantren Murid-Murid Kelahiran Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih adalah putra pertama dari pasangan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Agil. Beliau lahir pada 12 Rabiul Awal 1355 H/1935 M Wafat Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih wafat pada usia 56 tahun, hari Sabtu 24 Jumadil Awal 1411 H atau 30 November 1991. Jenazah beliau dimakamkan berdampingan dengan makam ayahandanya di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur. Pendidikan Semasa kecil Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dididik langsung oleh ayahandanya untuk belajar ilmu agama, dan al-Qur’an. Pendidikan yang diberikan oleh ayahnya mampu diserap dengan baik oleh putranya. Hal tersebut dibuktikan dengan di usianya yang masih tujuh tahun, beliau sudah hafal Al-Quran. Menjelang dewasa, Habib Abdullah melanjutkan pendidikannya di Lembaga Pendidikan At-Taroqi Malang, di sana beliau sekolah madrasah ibtidaiyah hingga tsanawiyah, kemudian melanjutkan ke madrasah aliyah di Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah li Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah. Di pondok pesantren tersebut Habib Abdullah dituntut oleh sang ayahnya agar menjadi seorang yang ahli hadis. Berkat dorongan dari sang ayah dan ketekunannya, dalam usianya yang masih muda beliau sudah mampu menghafal kitab-kitab hadis, antara lain dua kitab hadis shahih, yakni Shahihul Bukhari dan Shahihul Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya kitab-kitab selanjutnya adalah kitab Ummahatus Sitt kitab induk hadits, seperti Sunan Abu Daud Sunan Turmudzy Musnad Syafi’iMusnad Imam Ahmad bin Hanbal Muwatha’ karya Imam MalikAn-Nawadirul Ushul karya Imam Hakim At-Turmudzy Al-Ma’ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrany Tidak hanya menghafal hadis, Habib Abdullah juga memperdalam ilmu musthalah hadis, yaitu ilmu yang mempelajari hal ikhwal hadis berikut perawinya. Selain itu, Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih juga menguasai Ilmu Jahr Ta’dil kriteria hadits yang diterima dengan mempelajari kitab-kitab Taqribut Tahzib karya Ibnu Hajar Al-Asqallany Mizanut Ta’dil karya Al-Hafidz adz-Dzahaby Kitab Fiqih Empat Madzhab Selain dikenal sebagai ahli hadis, Habib Abdullah juga memperdalam tasawuf dan fiqih langsung dari ayahandanya. Dalam ilmu fiqih ia mempelajari kitab fiqih empat madzhab Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, termasuk kitab-kitab fiqih lain, seperti Fatawa Ibnu Hajar, Fatawa Ramli, dan Al-Muhadzdzab Imam Nawawi. Menjadi Pengasuh Pesantren Setelah ayahannya, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al Alawy wafat pada 12 Rabi`ul Awwal 1364 / 12 Februari 1945 di Kota Malang, Jawa Timur, Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih menggantikan ayahandanya sebagai penerus untuk mengasuh dan memimpin pesantren. Murid-Murid Ketika Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih menjadi pengasuh menggantikan ayahnya, beliau telah mencetak murid-muridnya yang mengikuti jejak langkah guru mereka dengan membuka pesantren-pesantren demi menyiarkan dakwah dan ilmu, antaranya ialah Habib Ahmad al-Habsyi PP ar-Riyadh, Palembang Habib Muhammad Ba’Abud PP Darun Nasyi’in, Lawang KH. Alawi Muhammad PP at-Taroqy, Sampang, Madura Pangkalpinang ANTARA - Habib Al-Ali bin Hasan Bilfaqih, keturunan ke-6 dari Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Yaman, hadir meresmikan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Kampus Kite "Al-Madaniah" Universitas Bangka Belitung UBB. "Kita menyaksikan bagian dari sejarah di peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al-Madaniah ini yg insyaAllah akan terbangun di UBB," kata Habib Al-Ali saat memimpin peletakan batu pertama masjid kampus kite "Al-Madaniah" di UBB, Jumat. Habib Al-Ali mengatakan, dirinya sangat bersyukur dan bergembira adanya pembangunan masjid ini karena akan mempererat hubungan antar manusia dengan penciptanya dan semoga menjadi amalan yang mulia untuk semua umat manusia. "Semoga kehadiran masjid ini akan memberikan barokah secara khusus untuk UBB dan secara umum dapat memberi manfaat besar bagi masyarakat Babel," kata Habib Al-Ali. Dikesempatan ini Habib Al-Ali juga mengisi tausiyah tentang pentingnya memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, karena Allah dan para Nabi-Nya sangat menyukai umat yang berakhlak mulia. "Salah satu perkara penting yang harus dimiliki umat manusia adalah bagaimana kita mengikuti sifat Nabi Muhammad yang memiliki akhlak yang mulia, karena sosok yang paling dimuliakan Allah adalah umat yang berakhlak mulia," ujarnya. Rektor Universitas Bangka Belitung, Ibrahim mengatakan, luas lahan dipekarangan UbB sekitar 146 hektar. Dari luas tersebut baru 30 persen yang digunakan. Dan kini 2 hektar dari lahan yang ada akan dibangun masjid kampus kite "Al-Madaniah" UBB. Masjid kampus kite Al-Madaniah UBB dibangun sedikit jauh dari gedung rektorat dan gedung kampus, namun lebih dekat dari kota Pangkalpinang karena berada di gerbang Selatan pintu masuk UBB. Jika dari Kota Pangkalpinang, saat melewati jembatan jerambah gantung, maka lebih menghemat waktu sekitar 10-15 menit untuk tiba di UBB, sehingga nantinya masyarakat disekitar jerambah gantung kota Pangkalpinang juga dapat memanfaatkan masjid tersebut untuk beribadah. "Sekitar 100 meter dari jembatan jerambah gantung itu ada gerbang Selatan pintu masuk UBB, dan keberadaan Masjid ini berjarak 30 meter dari gerbang tersebut," kata Ibrahim. Ibrahim menambahkan, Masjid Kampus Kite "Al-Madaniah" UBB di design dengan gaya kekinian tanpa ada dinding, sehingga saat bersujud atau sholat para jemaah langsung menghadap taman masjid atau pemandangan hijau di sekitar lingkungan tanpa ada dinding pembatas. Mereka yang mendesign masjid adalah dosen dari tiga program studi di UBB, yakni prodi teknik sipil, perencana kota dan arsitektur. Pembangunan Masjid diperkirakan membutuhkan dana diatas Rp 10 miliar dan akan dilakukan dalam tiga tahap. "Masjid ini dibangun bukan dari dana kampus, tapi dana swadaya para civitas UBB, stakeholder terkait dan masyarakat yang ingin menginfakkan sedikit rejekinya untuk membantu pembangunan Masjid ini kita persilahkan, agar masjid ini segera terbangun dan bermanfaat untuk kita semua," harapnya. Hampir seluruh waktu Habib Abdurrahman Bilfaqih dipergunakan dijalan dakwah dan mengajar di pesantren. Memang buah jatuh tidak jauh dari induknya. Sejal kecil, anak ketiga pasangan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih dan Syarifah Azizah Al-Jufri ini lahir pada 16 Desember 1972 di didik orangtuanya di pesantren. Setelah agak besar, beliau melanjutkan ke PP Darus Surur Kabupaten Bandung, dibawah asuhan Abuya Yahya, murid tarekat Habub Abdul Qodir Bilfaqih, kakeknya, yang paling sepuh yang kini masih hidup. Di pondok pesantren ini, Habib abdurrahman Bilfaqih belajar ilmu agama dan tarekat dari tahun 1988- 1993. Di masa belajar itu, beliau melangsungkan pernikahan dengan Syarifah Laila binti Utsman Alaydrus pada tahun 1991 dan menetap dengan isterinya di dekat pondok pesantren. Usai mondok di Darus Surur, beliau dan isterinya menetap di Indramayu, kota asal isterinya. Namun setahun kemudian, Habib Abdurrahman melanjutkan belajar lagi ke PP At-Tauhidiyyah Giren Talang Tegal, Jawa Tengah, di bawah asuhan Syaikh Akhmad Said dan Syaikh Muhammad Khasani. Beliau belajar disana selama lima tahun, 1994 - 2000.”Saya tertarik belajar di pesantren ini karena pesantren ini menitikberatkan pelajaran tauhid. Pendirinya dulu, Syaikh Ubaidillah, sudah dikenal sebagai ahli kajian tauhid, sehingga mendapat undangan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mufti Makkah pada abad ke-19, untuk bersama-sama membahas masalah tauhid bersama para ulama Timur Tengah waktu itu,” tuturnya. Selepas belajar di Tegal, beliau dipanggil pulang ke Malang untuk memperkuat Dewan Pengasuh PP Darul Hadits. Dewan Pengasuh terdiri dari semua anak Habib Abdullah Bilfaqih, yaitu dua kakak lelakinya Habib Abdul Qodir dan Habib Muhammad , baru kemudian dirinya dan dua adik perempuannya Syarifah Ummu Hani dan Syarifah Khadijah . Namun karena sehari-hari tinggal di Indramayu,Jawa Barat, Beliau hanya beberapa hari datang ke Malang. Di Indramayu, Habib Abdurrahman mengasuh pesantren, yang diberi nama Ribath Rahmatul Muhammadiyah. Pondok pesantren yang beralamat di Jl. Nyi Resik RT 01 RW 01 Sindang Indramayu, Jawa Barat. “Menjadi santri disini gratis, yang penting bisa mencuci pakaian dan merawat kamarnya sendiri,” ujar ayah empat anak ini. Di pesantren itu, selain diajarkan ilmu agama, juga diajarkan tarekat tingkat dasar. Dalam perjalanan dakwahnya, Habib Abdurrahman mendapati, umat Islam sekarang kurang memperhatikan pendidikan cinta dan mengikuti teladan Rosulullah SAW. “Saya gambarkan, dulu di zaman Rosulullah masih hidup, para sohabat cinta, tunduk, dan meneladani Rosulullah SAW. Mereka setiap hari bisa bertemu junjungan mereka, dan mendengar pelajaran maupun bertanya tentang hal yang mereka tidak ketahui. Namun bisakah kita sekarang memposisikan diri sebagai para sahabat, yang setiap hari cinta, tunduk, dan meneladani Rosulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari? Kalau kita ingin belajar dan bertanya , segeralah membaca A-lqur’an atau Hadits, atau bertanya kepada para ulama yang mengetahui kedua sumber Islam tersebut,” katanya. Menurutnya, sikap seperti itu kini kurang diajarkan para ustadz kepada santrinya. Karena itulah, kaum muslimin sekarang memahami Islam sebagaimana dirinya dipengaruhi oleh budaya sekitar. Mestinya, kaum muslimin memahami Islam sebagaimana para sohabat mendapat bimbingan dari rosulullah SAW. ” Apa yang kita petik dari meneladani cara para sohabat belajar kepada Nabi Muhammad SAW ? Mereka tidak ada satupun yang murtad hingga akhir hayatnya, dan hidup mereka selalu diterangi cahaya Islam. Dan saya yakin, semuanya masuk surga.”Disamping mempelajari kitab kuning dan Tarekat Awaliyah, Habib Abdurrahman juga menerapkan kepada santrinya, yaitu membiasakan mereka berpuasa Senin Kamis, kemudian puasa Nabi Daud sehari puasa sehari tidak, dan terakhir puasa Dahr puasa setiap hari,selain lima hari terlarang-yaitu Idul fitri, Idul Adha, dan tiga hari setelah Idul Adha Puasa ini dengan tujuan untuk membersihkan hati dan menghindar dari segala godaan yang sering muncul ketika kita tidak puasa. Selain menjadi Ustadz di dua pesantren itu, Habib Abdurrahman masih menyempatkan diri belajar lagi di luar negeri. Tepatnya, pada tahun 2003 beliau belajar ke PP Darul Musthafa Tarim, yang di asuh oleh Habib Umar bin Hafidz. “Belia hanya tabarukan, sebab disana hanya 40 hari saja. Selain itu, beliau juga banyak berkunjung ke beberapa Habib sepuh, seperti Al-Maghfurlah Sayyid Muhammad Al-Maliki, Al-Maghfurlah Habib Abdurrahman Assegaf, Habib Zain bin smith, Habib Salim Asy-Syathiri, untuk mendapatkan ijazah beberapa aurad Alawiyin. Tentu saja tidak hanya itu, dengan mendekatkan diri kepada para Habaib dan Ulama, banyak ilmu dan teladan yang diperoleh dari mereka. Setelah banyak belajar dari berbagai guru, saatnya Habib Abdurrahman mengajarkan apa yang telah didapatkannya. Selain memberikan kuliah umum kepada para santri Darul Hadits Malang, beliau juga mengasuh Ribath di Indramayu dan berbagai majlis ta’lim di berbagai malam Ahad pertama, pembacaan manaqib di majlis ta’lim Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf di Indramayu. Sedang pada malam Ahad kedua, pembacaan kitab fiqih yang diikuti ratusan jamaah. Ada juga jadwal di Bandung, yaitu pada malam Selasa awal bulan. Kemudian di Jakarta, ada beberapa tempat. Pada Rabu kedua setiap bulan di Masjid Al-Bahri di Panjaitan. Pada Kamis malam di ribath yang terletak di Pondok Bambu. Belum lagi ta’lim yang sifatnya undangan khusus yang diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia maupun luar negeri. Istiqomah Berpuasa Dahr Di tengah jadwal dakwah yang padat itu, Habib Abdurrahman mengamalkan puasa Dahr. Kebiasaan itu sudah berjalan sejak lima tahun lalu. Beliau merasa tidak berat, tetapi justru merasakan bahwa puasanya itu semakin mendukung kesehatan ruhani dan jasmaninya. Beliau mengaku tidak pernah terkena stres atau penyakit jasmani lainnya.

keturunan habib abdullah bilfaqih